Thursday, January 1, 2009

.Hijab.

Tuhan,..
terima kasih.
Kau mudahkan jalanku.
Kau bukakan pintu hati mereka untukku malam ini.
Ich bin überglucklich.



Malem ini terlontar juga pertanyaan itu dari Kakak iparku, Markus.. Pertanyaan yang sering aku cari jawaban yang tepatnya. I don't want to give the wrong answer.
Pertanyaan itu "Why do the woman in Islam have to wear Hijab?"
dan sahabat dr pertanyaan itu tentunya "Why only Woman, Why not Men too have to cover their head?"

hmm.. Gw bukan ahli fiqih, bukan ulama,..gw pemula, msh hrs banyak belajar. Gw masih awam.
Khawatir rasanya memberikan jawaban dengan enteng. Gw mau menunjukkan pada mereka Islam yang penuh kasih sayang. Bukan Islam yang selama ini dilihat dunia barat sebagai agama strik yang tidak masuk akal.

Gw bilang, Bayank manfaat dari pake jilbab, tapi itu bukan alesan kenapa aku pake jilbab.
Mereka terus bertanya, dimana di Alquran tertulis begitu, knp hanya suami yang bisa melihat aurat kita, laki2 pun bisa menjadi sex object, knp gw gak make dari dulu kenapa baru sekarang, dll..
Jujur, saat itu gw gak punya jawaban yang bikin diri gw ngerasa satisfied, dan obrolan pun beralih ke soal yang lain. Gue suka grogi kalo diminta jawab pertanyaan secara tiba2, suka jadinya tuh malah ´blank`, gitu loh.
Gw rasa, mereka juga gak mau ngebuat gue ngerasa tiba2 dipojokin dalam suasana makan malam, somehow, mereka berhenti bertanya.

Acara makan malam kami berjalan sangat hangat. Dengan istri dari kakak ipar gw, gw masih ngomongin soal hal lain. Like if there's nothing.
tapi gw msh ngerasa gak tenang. irgendwie, gw musti ngelurusin lagi jawaban gw. apa yang bisa gw jelasin sama mereka yang juga bisa masuk sama hati gue..

Ketika mereka pulang, gue baru sadar, apa yang sebenernya pengen gue ungkapin.
Gw pun ngirim sms ke Markus,..
kurang lebihnya gini sms nya:

"There's one more thing i need to say to you.
You know, when u love someone, you'll do everything for this special someone, right? And exactly that is how i feel with my God. I love my God soo much, that i want to do things that He's asking me to do.
For example like a Buddist who doesn't eat meat, he's doing it for his God. Probably we would think or ask, why does he do that for?
well, that's faith. we can't force people to have faith, nor u can take it away from them.
the faith is in u.
I wear hijab because of my God only, and all the other things is only side effects.
I am fully aware that it is not easy for Muslima to show their Identity here in Germany.
But i hope my family (you all) will accept me and my decison.
thank u for reading, maybe u don't even need such long explanation from me, hehe.. good nite. "


Gw gak mau nungguin jawaban sms nya,.. Gw gak berpikir dia tertarik dengan semua penjelasan gw di sms. Tapi gw ngerasa lebih lega dengan jawaban gw. mungkin bukan penjelasan yang super nice, tapi itu yang gw rasain. Gw ngerasa lebih.. hmm.. apa ya .. "honest". itu yang gue rasa.

2 menit-an abis gw taro hp, sms alert nya bunyi.. Deg2an sama apa yang bakal gw baca. tapi penasaran, jadi gw buka cepet2 tuh hp, hehe.

"Thank you for your effort to explain about all this to me. Now i finally understand why u wear hijab. I am so happy to have you in Our Family. drive home safely. :) "

Sebenernya gw udah siap2 nerima jawaban cuek, atau pertanyaan lagi, atau gak nerima jawaban sama sekali..

But that sms really makes me feel soo relieve and thankful.
It's not like I need their permission to wear Hijab, but that they're supporting or atleast accepting it, helps a lot.
it means a lot..

Alhamdulillah.



Good nite, everyone..

I hope your new year begins with something wonderful, too..


:BUn:

4 comments:

Anonymous said...

manda sayang,km udh pake jilbab?Alhamdulillah,,wah kmrn telponan ngga cerita,,hehe..btw it was a very nice answer,tepat,padat,singkat,jelasin smuaa...jawaban dr hati yaa :)

cupii

Anonymous said...

Great manda.. Jawaban yang baguss!! ^_^
Kuatkan niatmu ya..

Anonymous said...

Mbak semangat ya..
Salam kenal, saya Nana baru dari bulan November tinggal di Saarbrücken. Nanti akhir Februari pindah ke Braunchsweig. Siapa tahu bisa ketemuan, tambah saudara. Terima kasih.

Anonymous said...

Dari Facebook-nya Sandrina Malakiano Fatah
Setiap kali sebuah musibah datang, maka sangat boleh jadi di belakangnya sesungguhnya menguntit berkah yang belum kelihatan. Saya sendiri yakin bahwa "sebagaimana Islam mengajarkan " di balik kebaikan boleh jadi tersembunyi
keburukan dan di balik keburukan boleh jadi tersembunyi kebaikan.
Saya sendiri membuktikan itu dalam kaitan dengan keputusan memakai hijab sejak pulang berhaji di awal 2006. Segera setelah keputusan itu saya buat,sesuai dugaan, ujian pertama datang dari tempat saya bekerja, Metro TV.
Sekalipun tanpa dilandasi aturan tertulis, saya tidak diperkenankan
untuk siaran karena berjilbab. Pimpinan Metro TV sebetulnya sudah mengijinkan saya siaran dengan jilbab asalkan di luar studio, setelah berbulan-bulan saya
memperjuangkan izinnya. Tapi, mereka yang mengelola langsung beragam tayangan di Metro TV menghambat saya di tingkat yang lebih operasional. Akhirnya,
setelah enam bulan saya berjuang, bernegosiasi, dan mengajak diskusi
panjang sejumlah orang dalam jajaran pimpinan level atas dan tengah di Metro TV, saya merasa pintu memang sudah ditutup.
Sementara itu, sebagai penyiar utama saya mendapatkan gaji yang tinggi. Untuk menghindari fitnah sebagai orang yang makan gaji buta, akhirnya saya memutuskan untuk cuti di luar tanggungan selama proses negosiasi berlangsung. Maka, selama
enam bulan saya tak memperoleh penghasilan, tapi dengan status yang tetap terikat pada institusi Metro TV.
Setelah berlama-lama dalam posisi yang tak jelas dan tak melihat ada
sinar diujung lorong yang gelap, akhirnya saya mengundurkan diri. Pengunduran diri ini adalah sebuah keputusan besar yang mesti saya buat. Saya amat mencintai
pekerjaan saya sebagai reporter dan presenter berita serta kemudian
sebagai anchor di televisi. Saya sudah menggeluti pekerjaan yang amat saya cintai ini sejak di TVRI Denpasar, ANTV, sebagai freelance untuk sejumlah jaringan TV
internasional, TVRI Pusat, dan kemudian Metro TV selama 15 tahun, ketika saya kehilangan pekerjaan itu. Maka, ini adalah sebuah musibah besar bagi saya.
Tetapi, dengan penuh keyakinan bahwa Allah akan memberi saya yang
terbaik dan bahwa dunia tak selebar daun Metro TV, saya bergeming dengan keputusan itu.
Saya yakin di balik musibah itu, saya akan mendapat berkah dari-Nya.
HIKMAH BERJILBAB Benar saja. Sekitar satu tahun setelah saya mundur dari Metro TV, ibu saya
terkena radang pankreas akut dan mesti dirawat intensif di rumah sakit.
Saya tak bisa membayangkan, jika saja saya masih aktif di Metro TV, bagaimana mungkin saya bisa mendampingi Ibu selama 47 hari di rumah sakit hingga Allah
memanggilnya pulang pada 28 Mei 2007 itu. Bagaimana mungkin saya bisa menemaninya selama 28 hari di ruang rawat inap biasa, menungguinya di luar ruang operasi besar serta dua hari di ruang ICU, dan kemudian 17 hari di ruang ICCU?
Hikmah lain yang saya sungguh syukuri adalah karena berjilbab saya mendapat kesempatan untuk mempelajari Islam secara lebih baik. Kesempatan ini datang antara lain melalui beragam acara bercorak keagamaan yang saya asuh di beberapa stasiun TV. Metro TV sendiri memberi saya kesempatan sebagai tenaga kontrak untuk menjadi host dalam acara pamer cakap (talkshow) selama bulan
Ramadhan.
Karena itulah, saya beroleh kesempatan untuk menjadi teman dialog para profesor di acara Ensiklopedi Al Quran selama Ramadhan tahun lalu, misalnya. Saya
pun mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pemahaman baru tentang agama dan keberagamaan. Islam tampil makin atraktif, dalam bentuknya yang tak bisa saya
bayangkan sebelumnya. Saya bertemu Islam yang hanif, membebaskan,
toleran, memanusiakan manusia, mengagungkan ibu dan kaum perempuan, penuh penghargaan
terhadap kemajemukan, dan melindungi minoritas.
Saya sama sekali tak merasa bahwa saya sudah berislam secara baik dan
mendalam.
Tidak sama sekali. Berjilbab pun, perlu saya tegaskan, bukanlah sebuah proklamasi tentang kesempurnaan beragama atau tentang kesucian. Berjibab adalah upaya yang amat personal untuk memilih kenyamanan hidup.
Berjilbab adalah sebuah perangkat untuk memperbaiki diri tanpa perlu
mempublikasikan segenap kebaikan itu pada orang lain. Berjilbab pada
akhirnya adalah sebuah pilihan personal. Saya menghormati pilihan personal orang lain untuk tidak berjilbab atau bahkan untuk berpakaian seminim yang ia mau
atas nama kenyamanan personal mereka. Tapi, karena sebab itu, wajar saja jika saya menuntut penghormatan serupa dari siapapun atas pilihan saya menggunakan
jilbab.
Hikmah lainnya adalah saya menjadi tahu bahwa fundamentalisme bisa
tumbuh di mana saja. Ia bisa tumbuh kuat di kalangan yang disebut puritan. Ia juga ternyata bisa berkembang di kalangan yang mengaku dirinya liberal dalam berislam.
Tak lama setelah berjilbab, di tengah proses bernegosiasi dengan Metro TV, saya menemani suami untuk bertemu dengan Profesor William Liddle " seseorang yang
senantiasa kami perlakukan penuh hormat sebagai sahabat, mentor, bahkan kadang-kadang orang tua " di sebuah lembaga nirlaba. Di sana kami juga bertemu dengan sejumlah teman, yang dikenali publik sebagai tokoh-tokoh liberal dalam berislam.
Saya terkejut mendengar komentar-komentar mereka tentang keputusan saya berjilbab. Dengan nada sedikit melecehkan, mereka memberikan sejumlah komentar
buruk, sambil seolah-olah membenarkan keputusan Metro TV untuk melarang saya siaran karena berjilbab. Salah satu komentar mereka yang masih lekat dalam
ingatan saya adalah, Kamu tersesat. Semoga segera kembali ke jalan yang
benar.
Saya sungguh terkejut karena sikap mereka bertentangan secara diametral dengan gagasan-gagasan yang konon mereka perjuangkan, yaitu pembebasan manusia dan
penghargaan hak-hak dasar setiap orang di tengah kemajemukan.
Bagaimana mungkin mereka tak faham bahwa berjilbab adalah hak yang
dimiliki oleh setiap perempuan yang memutuskan memakainya? Bagaimana mereka tak mengerti bahwa jika sebuah stasiun TV membolehkan perempuan berpakaian minim
untuk tampil atas alasan hak asasi, mereka juga semestinya membolehkan seorang perempuan berjilbab untuk memperoleh hak setara? Bagaimana mungkin mereka memiliki pikiran bahwa dengan kepala yang ditutupi jilbab maka kecerdasan seorang perempuan langsung meredup dan otaknya mengkeret mengecil?
Bersama suami, saya kemudian menyimpulkan bahwa fundamentalisme "mungkin dalam bentuknya yang lebih berbahaya" ternyata bisa bersemayam di kepala orang-orang yang mengaku liberal. ***

Powered By Blogger